JAKARTA: Realisasi belanja modal emiten distributor produk farmasi dan alat kesehatan PT Millennium Pharmacon International Tbk pada tahun ini hanya mencapai 15% atau sebesar Rp 1,5 miliar dari total anggaran belanja modal yang dianggarkan sebesar Rp10 miliar.
Presiden Direktur Millennium Pharmacon International Andrew Loke mengatakan perseroan masih melakukan pengendalian biaya sebagai strategi yang diambil menyusul berakhirnya kerja sama distribusi dengan PT Merck Tbk pada Desember tahun lalu yang berimbas pada penurunan performa perusahaan. Sebelumnya, Merck memberikan kontribusi sebesar 26% terhadap total penjualan.
“Belanja modal pada tahun ini antara lain untuk infrastruktur dan teknologi informasi. Pengendalian biaya juga menjadi sasaran perseroan ke depan. Kami akan tetap memperluas bisnis dan mengkaji penambahan cabang,” ujarnya, hari ini seusai paparan publik.
Perusahaan mengalami penurunan penjualan sebesar 21,13% menjadi Rp 622,57 miliar pada periode Januari-September 2010 dibandingkan dengan Rp 789,41 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun pos laba usaha pada 9 bulan pertama tahun ini anjlok 63,95% menjadi Rp 7,29 miliar dibandingkan dengan Rp 20,22 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Perseroan menderita rugi bersih sebesar Rp 404,92 juta pada Januari-September 2010 dibandingkan dengan laba bersih Rp 9,28 miliar.
Andrew mengatakan perseroan menganggarkan belanja modal untuk beragam keperluan, termasuk pengembangan teknologi informasi dan infrastruktur pada tahun depan sebesar Rp 8 miliar yang akan diambil dari dana internal dan pinjaman bank.
Perseroan terus menjajaki satu hingga dua prinsipal baru untuk mengejar performa perseroan setelah keluarnya Merck. Andrew mengatakan prinsipal tersebut berasal dari sektor farmasi. Saat ini perseroan bekerja sama dengan 24 prinsipal.
“Kami belum dapat menyebutkannya. Yang pasti kami fokus kepada prinsipal yang berkualitas bukan hanya kepada banyaknya prinsipal yang bekerja sama. Beberapa pertimbangan yang diperhatikan adalah harga produk tersebut sesuai dengan pasar Indonesia dan produk mereka juga aman,” ujarnya.
Penjualan obat merupakan tulang punggung perseroan mengingat produk ini memberikan kontribusi terbesar terhadap total penjualan. Pada periode Januari-September 2010, penjualan produk obat menyumbang 88,58% atau mencapai Rp 551,45 miliar.
Kontribusi dari produk suplemen makanan hanya mencapai 6,97% atau Rp 43,37 miliar. Sisanya berasal dari produk diagnostik sebesar Rp 27,75 miliar atau 4,46%.
Saham perseroan dengan kode SDPC pada penutupan perdagangan hari ini ditutup turun Rp 1 atau 1,39% ke level Rp 71, sehingga membentuk kapitalisasi pasar Rp 51,7 miliar. (faa)
Iklan Panggilan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 09 April 2019
Read more...Laporan Posisi Keuangan PT MPI Per 30 Juni 2018
Read more...Pengumuman Ringkasan Risalah RUPST dan RUPSLB, April 2018
Read more...Interview Our President Director with IDX Channel
You can enlarge the Video